REVIEW EP TERBARU HAUL "ADAMAR"

0
Judul Album / EP : Adamar
Genre : Black / Death Metal
Tahun Rilis : 2023
Label : Disaster Records
 
Kematian telah membayangi imajinasi seni death metal selama puluhan tahun. Sifatnya selalu di transendensikan secara turun-temurun dalam wujud interpretasi berbeda. Cannibal Corpse & Pathology mengikat kematian sebagai perlambangan kehancuran bersifat patologis. Dying Fetus & Misery Index mempertanyakan pemerintahan status quo yang telah mematikan keadilan dan kesenjangan sosial dan politik di dalam kemasyarakatan. Ulthar membingkai pemahamannya yang melambangkan kematian cahaya yang tertelan oleh ilusi horor kosmis yang terinspirasi guratan karya H.P Lovecraft. Sementara Haul, kuintet death metal asal Bandung menggeneralisir jangkauan pandangannya dan berpaling untuk memilih mendiskusikan kematian berdasarkan sifat alamiahnya yang bergerak secara abstrak, alih-alih mengangkat nilai esensi yang penuh melibatkan subjektivitas bersifat tidak murni. 

Rasanya baik secara pemikiran artistik, pengalaman, maupun perjalanan kampanye band, Haul memiliki kedekatan intim dengan hal yang berbau abstrak dan spontanitas. Itu dimulai ketika mereka melepas “Rima Penghitam Cakrawala” (2012) selaku salah satu upaya terbaik dalam skena ekstrim metal lokal. Pasca mereka bertindak liar dan biadab dalam keangkeran musik black metal yang bercengkrama dengan punk / neocrust, beberapa tahun berselang mereka melepas split album bersama beberapa kolektif yang di atas kertas memiliki pemikiran terputus-putus dan tidak saling berhubungan sebut saja Avhath, Bromocorah, Serigala Jahanam, dan Terapi Urine, dan semuanya berjalan lancar. Kemudian pada ep “Death from Beyond”, secara spontan Haul dirasuki oleh pemikiran death metal sekolah lama, yang pada masanya menjadi tolak ukur ekstremitas dari menembus keyakinan artistik bersifat ortodoks, sebelum akhirnya Haul memutuskan untuk hiatus 6 tahun lamanya. 

 
Sumber : https://voi.id/musik/257147/haul-segera-merilis-ep-adamar-sebagai-lanjutan-karier-bermusiknya


Sehingga ketika “Adamar” dilepas Maret lalu melalui Disaster records, dengan segala wujud evolusi dan abstraksi yang mengitarinya, itu bukan merupakan sebuah kejanggalan secara filosofis. Segudang pengalaman mereka mengatakan, bahwa merubah arsitektur struktural musik adalah suatu hal lumrah baginya. Tetapi harus diakui jika berbicara mengenai penalaran artistik dan eksekusi, ep yang berisikan 3 lagu ini membawa nafas baru ke dalam skena ekstrim metal lokal. Pada “Adamar”, Haul melanjutkan kesetiaan dan pengabdiannya terhadap musik-musik keras kuno yang tidak hanya berpatokan dalam artefak album death metal klasik, melainkan mereka juga berhutang budi pada turunan musik semacam psychedelic rock, occult rock, heavy metal, doom metal, dan black metal yang telah membuat lompatan yang begitu jauh dalam hal perluasan artistik. 

Mereka begitu antusias menyebarkan ajaran ortodoksi ini, namun dengan penjabarannya yang lebih kekinian. Hal tersebut langsung terlihat pada tembakan lagu pembuka, “Persefoniak” yang langsung digempur oleh teriakan vokal mengerikan yang tercabik-cabik habis oleh tumbukan blast-beat drum, setelah hanya menyisakan setetes hawa dingin yang langsung terurai pada awalan lagu. Sementara riff gitar melintas di sela-sela drum dan vokal, dengan tone yang kering namun membal dan bertekstur seperti karet. Setiap dinding seolah memiliki rongga untuk menyerap setiap bebunyian kemudian mengeluarkannya secara serempak, sehingga menimbulkan fenomena gaung, yang sinematis, megah, dan menyelubungi atmosfer dengan aroma yang pekat. Ketika mereka mengambil keputusan untuk segera beranjak dari satu segmen ke segmen lain dengan genre yang berbeda, mereka seperti membangun portal teleportasi untuk bermigrasi, pergerakanya begitu cepat dan tikungannya sama sekali tidak terduga. 


Dalam durasi ep yang singkat ini, Haul secara rajin berinvestasi pada meningkatkan kerumitan dan variasi dalam cara mereka mengaplikasikan instrumen.Ledakan drum dapat dibuat untuk bertransformasi dari melakukan sinkronisasi secara bersamaan pukulan simbal, kick, dan snare dengan kecepatan membabi buta bergaya war / bestial black metal, membiarkan pedal drum berlari dan bergemuruh, atau menggunakan trik lebih konvensional dengan menempatkan pedal tunggal ketika porsi snare dan cymbal yang lebih berlipat seperti musik-musik thrash metal atau old-school death metal umumnya. Haul seperti menaruh penghormatan mendalam dan khusus pada sang godfather death metal, “Death”. Pembukaan “Sajak Kumus” seperti menginterpolasi intro lagu “Zombie Ritual” milik legenda death metal asal Florida tersebut, namun Haul melibatkan imajinatif dan intuisinya di sana, sehingga itu bukan seperti sebuah karya yang dibangkitkan dengan jiwa dan tubuh subtil yang homogen. 


Percepatan lajunya 2x lebih cepat dan raungan vokal seolah ingin mendobrak ke luar dari dimensinya. Permainan tremolo riff akrobatik kilat dalam menaiki dan menuruni interval nada sangat memukau di sini, terlebih ketika nadanya meninggi pada pertengahan lagu, membuat nuansa nya berubah seketika menjadi menghitam dan beku, sebuah bencana kiriman dari pegunungan es utara di Skandinavia. “Adamar” jelas bukan hanya sekedar bentuk dari sisi kegarangan dan kemarahan dari bentuk seni extreme metal belaka, terkadang Haul pun melonggarkan tensinya untuk sekedar terbang mengawang-ngawang dalam petikan akustik gitar psychedelic muram, atau terbenam dalam kenestapaan riffing doom metal. “Adamar” selaku lagu penutup dan sekaligus lagu terpanjang dalam album ini, memberikan porsi yang dominan untuk merasakan sisi atmosfer dan emosional dari Haul, dibanding 2 lagu sebelumnya.

 
Sumber : https://www.maternaldisaster.com/album-review-haul-adamar/

Hembusan clean vocal yang sengaja ditempatkan di balik dinding aransemen memberikan lantaunan yang membuat bulu kuduk merinding atau seperti bisikan nyanyian vokal lucid dream yang menggentayangi. Sayangnya itu tidak dibekali dengan reverb atau efek echo yang memadai, sehingga kehadirannya tetap terhalangi oleh gempuran kebisingan instrumen lainnya. Bahkan notasi vokalnya seperti menggembung dalam tempat yang tidak pas, sehingga ada bagian ekor yang keluar dari bar dan itu terdengar tanggung. Entah apakah mereka terjebak atau begitu menikmati dalam pusaran vortex yang telah diciptakannya sendiri, namun pertengahan lagu “Adamar” terlihat kosong dan datar, tidak menampilkan kecekatan ataupun intensitas beroktan tinggi. Itu sedikit terselamatkan dengan kemunculan solo melodi gitar yang berputar menjelang akhir dan sayangnya sudah terlambat. Akan menjadi penutupan yang bersifat klimaks, jika seandainya dentingan piano dari lagu “Sajak Kumus” ditempatkan pada penutupan lagu “Aldamar” yang mana sekaligus menjadi epilog daripada keseluruhan album, menutup saga kehidupan belantara kosmis yang gelap dan misterius dengan tenggelam dalam perasaan yang hampa. 

Secara keseluruhan album mereka mendapatkan akses untuk menghubungkan elemen psychedelic secara musik, tetapi secara penghayatan itu belum dapat dibawa pada pemenuhan ekspektasi untuk merasakan sensasi psychedelic sebenarnya. Tentu tidak fair untuk menghakiminya terlalu dini, karena ini masih merupakan bentuk ep dan jika seandainya mereka mengembangkan konsep ini pada format album penuh berikutnya, ada 2 kemungkinan yang dapat diambil. Kemungkinan pertama adalah melakukan eksodus yang lebih jauh meninggalkan death metal dan menjelajahi wilayah yang semakin tidak terduga seperti yang dilakukan Chapel of Disease pada album “...And as We Have Seen the Storm, We Have Embraced the Eye”. Opsi berikutnya dengan tetap mempertebal keganasan dari seni death metal sembari merangkak secara inkremental menyusuri peluang baru seperti yang diperbuat The Chasm dan Horrendous.  
 
Rating : 7 / 10


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !